Teman kita, riska mengirim pertanyaan baru di Blajar.web.id.
Pertanyaannya adalah: makna dari syair perahu bait ke tiga
Makna dari syair perahu bait ketiga
PEMBAHASAN & JAWABAN
Silahkan baca pembahasan dan jawaban atas pertanyaan makna dari syair perahu bait ke tiga di bawah ini.
Pertanyaan yang belum terjawab akan segera mendapatkan ulasan dan pembahasan dari pengunjung lainnya, atau dari Kelas Blaajar.com.
Anda juga bisa berpartisipasi memberikan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan "makna dari syair perahu bait ke tiga" ini.
Jangan takut berbagi meskipun itu masih kurang benar. Di Blaajar.com, kita saling belajar dan memberikan masukan secara bersama-sama.
Dengan turut memberikan jawaban atau tanggapan atas pertanyaan makna dari syair perahu bait ke tiga, kamu telah ikut membantu riska mendapatkan jawaban yang dibutuhkannya.
PERTANYAAN LAINNYA:
- Bagaimana sejarah kerajaan banten?
- Hukum Tajwid
- Tolong jawab dgn padat dan singkat ya : 1. bagaimana sikap kalian terhadap teman-teman kalian yang lebih menyukai produk luar negeri? 2. mengapa negara kita mengirimkan tenaga kerja ke luar…
- Proses pada atmosfer yag memungkinkan terjadiny perubahan cuaca berlangsung pada lapisan
- Bacalah kutipan berikut! Tak ada jalan sama sekali dengan ideologi para anggota komunitas Tarmizi bukanlah pemimpin sebuah toko atau mengorganisasi kelompok eksklusif dengan ideologi tertentu. Simbol warna hitam sebagai ciri khas keberadaan komunitas yang ia kelola – termasuk pada sejumlah bangunan tempat tinggal, warung dan rumah baca mereka yang juga dicat hitam – di kawasan Sekupang, Batam, hanyalah semacam penanda kata Tarmizi (35), lelaki kolahiran Rumbai, Riau, namun dibesarkan di kampung halaman ibunya (Nuraini) di Rao Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Adapun ayahnya, (almarhum) Saiful Nasution, berasal dari Sumatera Utara Rumahitam sebagai anak ideologis Tarmizi memang mengandung makna simbolik. Bagi Tarmizi, rumah tam adalah sebuah sudut pandang tentang Batam yang kian tak ramah pada lingkungan sosial dan budaya lokal Di tengah atmosfer kesenian di Batam yang mandok Tarmizi melakukan perlawanan lewat puisi yang ia tulis dan balik dinding tripleks di rumah liar masyarakat Batam menyebutnya “ruli – yang ia huni di kawasan Batuaji Isinya memang lebih banyak mengungkap sisi kolam di balik gemerlap lampu wama warni pombangunan di Pulau Batam. “Kami di Batam memang hidup bagaikan di rumah yang hitam Sebagian besar orang cenderung mengikuti sesuatu yang buruk sebuah lingkungan yang hitam dan kolam Saya merasa tinggal di sini, di rumah yang hitam itu. Tetapi, kalau mau jujur kondisi semacam ini juga menyungkupi negeri ini Indonesial” kata Tarmizi. Sumber: Kompas, 21 April 2008 Ubahlah pola penyajian teks biografi tersebut menjadi naratif utuh tanpa dialog